Pendidikan Gizi Melalui Aplikasi, Kenapa Tidak?


Pendidikan Gizi Melalui Aplikasi, Kenapa Tidak?




Masalah gizi masih menjadi perhatian utama di negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Selain menghadapi tantangan pandemi Covid-19, masalah gizi seakan tak ada habisnya, mulai dari masalah gizi balita seperti kurang gizi, stunting, obesitas, lalu ada masalah gizi remaja seperti anemia, sampai masalah gizi orang dewasa dan lansia yang kebanyakan berputar pada siklus penyakit tidak menular.

Masalah-masalah ini merupakan suatu tantangan sendiri bagi orang-orang yang berkecimpung di ranah gizi dan mau tak mau harus memikirkan intervensi yang tepat. Beruntungnya kita hidup pada zaman di mana teknologi sedang berkembang pesat dan ada banyak pilihan untuk melakukan intervensi gizi. Misalnya, jika kita melakukan intervensi gizi melalui jalur pendidikan, akan ada banyak pilihan terbentang, termasuk menggunakan media seperti aplikasi.



Pendidikan Kesehatan dan Gizi

Pendidikan atau pembelajaran kesehatan merupakan sesuatu upaya ataupun aktivitas untuk menghasilkan sikap dan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Maksudnya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat sadar bagaimana caranya memelihara kesehatan mereka, bagaimana cara menjauhi ataupun menghindari hal-hal yang merugikan kesehatan dirinya serta kesehatan orang lain, dan kemana sepatutnya mencari pengobatan/penyembuhan bila sakit, dan sebagainya (Windasari, 2014).

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial. Pendidikan kesehatan dilakukan di semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, pelayanan kesehatan, termasuk program gizi.

Pendidikan gizi merupakan metode yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan mengarahkan pada perubahan perilaku yang baik. Menurut Saaka (2014) bahwa pendidikan gizi dengan sumber daya yang baik, bertarget, dan terkoordinasi dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku dalam perawatan kesehatan, dan praktik secara signifikan.



Potensi Aplikasi sebagai Media Pendidikan Gizi

Menurut Nursalam dan Efendi (2008), media pendidikan kesehatan merupakan saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan. Ada tiga jenis media yaitu media cetak, media elektronik, dan media papan (billboard).

Namun, dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, media untuk menyampaikan informasi dan pendidikan kesehatan semakin beragam, termasuk penggunaan internet dan smartphone. Menurut Ekadinata dan Widyandana (2017), penggunaan internet dan smartphone kini banyak diteliti dan telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan status kesehatan masyarakat. Pemanfaatan internet memudahkan masyarakat dalam mencari informasi kesehatan.

Berdasarkan data Asosiasi Pengguna Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 adalah 171,17 juta jiwa atau 64,8% dari total populasi penduduk dan di antaranya adalah pengguna aplikasi. Aplikasi adalah kumpulan instruksi khusus di komputer yang dirancang untuk menyelesaikan tugas tertentu. Contohnya, aplikasi pengolah kata (word processing) adalah sebuah aplikasi yang dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan dokumen tertulis (Shelly et al, 2010).

Orang-orang menggunakan aplikasi kini tidak hanya untuk permainan, namun juga belanja, memesan makanan, layanan publik, bahkan mengakses layanan konseling kesehatan. Selain itu, ada peningkatan minat dalam penggunaan dan akses aplikasi layanan kesehatan digital (digital health), apalagi arah kebijakan RPJMN Kemenkes tahun 2020-2024 mendukung inovasi dan pemanfaatan teknologi untuk pelayanan kesehatan dasar. Aplikasi memiliki potensi untuk memberikan pendidikan kesehatan dan gizi dibandingkan dengan pendekatan secara konvensional, aplikasi gizi bekerja lebih baik dalam meningkatkan kepatuhan pada swa-monitor (Leiffers et al, 2018).

Aplikasi bisa menjadi pilihan yang tepat untuk pendidikan gizi karena kemudahan pengembangan dan aksesnya oleh masyarakat, serta bisa menjangkau target yang lebih luas. Oleh karena itu, ada peluang yang besar bagi penyuluh untuk memanfaatkan aplikasi sebagai media pendidikan gizi yang lebih efektif untuk masyarakat. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini, para penyuluh harus memiliki kreatifitas agar pendidikan gizi dapat terus dilakukan tanpa perlu mengundang kerumunan, dan aplikasi adalah salah satu jawaban yang tepat untuk digunakan.



Referensi

Asosiasi Pengguna Internet Indonesia (APJII). 2018. Survei Penggunaan Internet di Indonesia. [Online]. Tersedia: apjii.or.id. [3 November 2020].

Ekadinata, Nopyan, dan Doni Widyandana. 2017. Promosi Kesehatan Menggunakan Gambar dan Teks dalam Aplikasi WhatsApp pada Kader Posbindu. Journal of Community Medicine and Public Health 33(11), 1123-1130.

Kementrian Kesehatan (Kemenkes). 2020. Pokok-Pokok Renstra Kemenkes 2020-2024. Jakarta: Rapat Kerja Kesehatan Nasional.

Lieffers, J., Arocha, J. F., Grindrod, K., & Hanning, R. M. 2018. Experiences and Perceptions of Adults Accessing Publicly Available Nutrition Behavior-Change Mobile Apps for Weight Management. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, 118(2), 229–239.e3. https://doi.org/10.1016/j.jand.2017.04.015.

Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surakarta: Salemba Medika.

Saaka, M. 2014. Relationship Between Mothers' Nutritional Knowledge in Childcare Practices and The Growth of Children Living in Impoverished Rural Communities. Journal of Health, Population, and Nutrition, 32(2), 237–248.

Shelly, G.B., Cashman, T.J., dan Vermaat, M.E. 2010. Microsoft Office 2007: Introductory Concepts and Techniques. Boston: Course Technology PTR.

Windasari. 2014. Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Kepatuhan Merawat Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Tesis: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.







Tidak ada komentar

Ruang Gizi - Gizisme. Diberdayakan oleh Blogger.