Ngobrol Ruang Gizi: Ahli Gizi, Asupan Makanan dan Covid 19


Ngobrol Ruang Gizi: Ahli Gizi, Asupan Makanan dan Covid 19





Saat ini kita kembali saksikan dimana terjadi peningkatan kasus corona hampir mencapai 20.000 kasus per hari, angka yang dipandang fantastis. Mengingat selama kurun waktu ini Indonesia cenderung berada pada tren dibawah angka 10.000. Bahkan terakhir tertera pada tanggal 6 Juli mencapai 31.189 kasus dan rata-rata kasus dalam 7 hari terakhir adalah 26.936 kasus. Data ini dapat terlihat dengan menuliskan kueri data covid 19 Indonesia yang merupakan support data dari google dengan peta sebaran covid 19. Dari tren data itu juga dapat terlihat bahwa Indonesia pernah berada dalam tren data dengan kisaran dibawah 100 per hari dalam kurun waktu Maret dan April di tahun 2020. Setelah itu, tren data dengan kasus dibawah 1000 di bulan Juni 2020. Kemudian tren data menjadi normatif dibawah 10.000 berjalan dalam kurun waktu Juli 2020 hingga Juni 2021. Oleh sebabnya kenaikan data kasus per hari yang mencapai 20.000 kasus merupakan hal yang dapat dipandang kondisi resiko.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi (Kemenkes, 2020).

Di satu sisi, kecenderungan untuk terjadinya herd immunity atau kekebalan bersama dengan proses vaksinasi seakan menjadi pilihan untuk Indonesia. Tentu di satu sisi pilihan ini membuat kondisi orang-orang yang memiliki penyakit komorbid menjadi sangat rentan dengan penyebaran covid 19. Dengan kondisi pilihan kekebalan bersama ini, maka asumsi soal asupan makanan menjadi perbincangan yang cenderung dominan. Di sini kami juga ingin menguraikan beberapa literatur yang turut menjelaskan mengenai asupan makanan sebagai pendukung penguatan kondisi tubuh. Pembahasan ini mungkin dibagi dalam 2 bagian, pertama tentang gambaran asupan gizi dalam penguatan kondisi tubuh, dan kedua, gambaran tentang asupan makanan dalam asuhan gizi untuk pasien covid.


Gizi Seimbang Sebagai Asupan Makanan

Dalam materi yang dituliskan Steffi Sonia (2020) (Departemen Ilmu Gizi FKUI – RSCM) tentang Nutrition to Fight Corona Virus, yang menjadi landasan dasar adalah menjaga agar status gizi dalam status normal (untuk orang dewasa dihitung menggunakan IMT dan balita menggunakan indikator z-score). Karena menurutnya, status gizi kurang cenderung mudah terinfeksi karena pertahanan tubuh yang lemah. Kemudian diuraikan beberapa kandungan zat gizi yang berperan dalam menjaga pertahanan tubuh diantaranya vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Selenium, Zink, Zat Besi, dan Asam Lemak Omega 3.

Secara mendasar penerapan makanan dalam memperkuat kondisi tubuh adalah dengan asumsi penerapan gizi seimbang. Gizi seimbang pada masa pandemi covid-19 sangat penting bagi pola hidup manusia karena dengan mengkonsumsi gizi seimbang maka masyarakat dapat menjaga kesehatan sehingga virus tidak mudah masuk kedalam tubuh dan dengan itu dapat memutuskan rantai penyebaran virus corona (Akbar, DA, Aidha, Z, 2020).

Gizi seimbang dapat didefinisikan bahwa makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh seseorang dengan beraneka ragam terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah-buahan serta memenuhi lima komponen zat gizi yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral disertai dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Secara sederhana maka kita dianjurkan makan makanan seperti biasanya yang terdiri nasi atau jenis makanan pokok lainnya, ikan atau jenis lauk hewani lainnya, tempe atau tahu atau jenis lauk nabati lainnya, jenis sayuran dan juga buah-buahan. Dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

Secara normatif biasanya nasi dikonsumsi sebanyak 100 gram (beras) atau sekitar 200 gram nasi. Berdasarkan buku foto makanan maka 1 centong nasi bernilai 50 gram, artinya 200 gram nasi sekitar 4 centong nasi. Sekadar informasi dalam buku foto makanan terdiri dari beberapa gambar centong nasi dengan nilai gram masing-masing. Kami memilih centong nasi yang paling umum digunakan. Ikan pada umumnya sekitar 50 gram atau 1 potong sedang. Berdasarkan gambar buku foto makanan menunjukkan ikan dengan berbagai jenis memiliki nilai gram masing-masing. Contohnya ikan kembung kecil beratnya 40 gram, ikan kembung sedang 60 gram dan ikan kembung besar 100 gram. Sedangkan ikan kakap bila dipotong beberapa bagian maka bagian kepala dengan berat 50 gram, bagian badan (tengah) 40 gram dan bagian ekor 40 gram. Lauk hewani juga dengan mengonsumsi telur, berat telur adalah 60 gram. Tahu, secara normatif dianjurkan konsumsi sebanyak 100 gram. Berdasarkan gambar dari buku foto makanan menunjukkan 1 potong besar dengan berat 80 gram dan 1 potong sedang dengan berat 40 gram.

Sayuran secara normatif dianjurkan konsumsi 100 gram. Berdasarkan buku foto makanan maka sayuran bayam bening dengan berat satu mangkok adalah 100 gram, satu sendok sayur sebesar 15 gram dan satu sendok makan sebesar 10 gram. Atau misalnya tumis kacang panjang dengan berat satu piring sebesar 100 gram dan 1 sendok makan sebesar 15 gram. Berdasarkan buku foto makanan masing-masing sayuran memiliki beratnya tapi cenderung sama dalam kisaran 100 gram untuk satu mangkok (sayuran berkuah) dan satu piring 100 gram untuk sayur ditumis. Dengan berat 1 sendok makan sebesar 10 gram. Begitu juga dengan buah secara umum dikonsumsi sebanyak 100 gram. Berat buah dengan berbagai jenis juga beragam beratnya. Berdasarkan foto makanan terlihat misalnya berat satu buah pisang ambon adalah 100 gram, jeruk manis (medan) sedang sebesar 80 gram dan besar sebesar 100 gram, satu buah potong melon besar adalah 100 gram sedangkan satu buah mangga iris setengah dengan berat 75 gram.


Sekedar Gambaran Rencana Intervensi Asupan Gizi dalam Asuhan Gizi

Kecukupan kebutuhan asupan zat gizi ini diharapkan terpenuhi pada awal gejala terinfeksi COVID-19 sehingga dapat meminimalisir peningkatan kondisi infeksi yang semakin parah. Tentu zat gizi makro dan gizi mikro memiliki peran penting pada awal mekanisme sistem imun (Kinasih, LS, Nubiah, 2020). Prosedur Pemberian Diet dan Terapi Gizi (Persagi, 2020) dengan gejala klinis covid 19 tertentu ditentukan sesuai kondisi pasien atau penyakit penyerta pasien. Misalkan kondisi pneumonia pada anak, pneumonia dewasa, penyakit diabetes mellitus, penyakit hipertensi, penyakit ginjal kronik, lanjut usia, dan kondisi kritis.

Kebutuhan energi diberikan untuk orang dewasa sekitar 25-30 Kkal/Kg berat badan. Sedangkan kebutuhan protein sebesar 1,2 – 2 gram/kg berat badan atau 25-35% kebutuhan kalori dan diutamakan 50% dari sumber protein dengan nilai biologis tinggi. Kebutuhan lemak 25-30% dari total energi atau disesuaikan dengan proporsi pemberian karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat diberikan 60% dari total energi atau 40-50% dari total energi bila kondisi sesak nafas untuk mengurangi dampak metabolisme CO2. Dianjurkan untuk diberikan karbohidrat kompleks.

Kebutuhan yang agak berbeda adalah pada pasien dengan penyakit ginjal dimana kebutuhan energi diberikan sebesar 35 KKal/kg berat badan. Kebutuhan protein disesuaikan dengan kondisi pre dialisis 0.6-0.75 gram/kg berat badan ideal, dialisis 1.2 gram/kg berat badan ideal. Sedangkan pada kondisi kritis dianjurkan pemberian energi di awal diberikan tidak lebih dari 70% dari target kebutuhan dan tidak dianjurkan untuk pemberian zat gizi secara agresif. Pemberian awal diberikan 10-15 kkal/kg berat badan kemudian ditingkatkan sesuai kondisi pasien hingga kondisi pasien stabil.

Kejadian penyakit infeksi dapat berpengaruh negatif terhadap status gizi pasien sehingga berakibat menurunnya kemampuan tubuh dalam melawan infeksi itu sendiri. Ketersediaan zat gizi yang cukup dan adekuat dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi dan memperbaiki respon imun serta mempercepat penyembuhan penyakit infeksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kejadian penyakit infeksi dapat mengakibatkan kekurangan gizi dan kondisi kurang gizi dapat memperburuk infeksinya. Hasil studi pada penderita tuberkolosis menunjukkan peran zat gizi dalam meningkatkan respon imun dalam melawan infeksi, hasil studi menunjukkan bahwa perjalanan infeksi tidak banyak berkembang pada seseorang dengan status gizi yang baik serta mendapatkan vaksin. Pasien dengan asupan zat gizi yang kurang dan atau mengalami gangguan absorpsi zat – zat gizi, akan berakibat pada menurunnya kadar zat gizi dalam tubuh yang dibutuhkan untuk metabolisme, penyembuhan serta disimpan dalam organ sehingga berakibat pada ketidakmampuan tubuh (Nissa C, 2020). Umumnya diet yang diberikan adalah Diet Tinggi Energi Tinggi Protein baik pada pasien tanpa penyakit penyerta maupun pada pasien dengan beresiko tinggi malnutrisi (Kresnawan, T, 2020).


Obrolan Ruang Gizi, Inspirasi Ahli Gizi

Ruang Gizi pernah melakukan live instagram untuk membahas tentang Inspirasi Ahli Gizi Melawan Covid 19. Diskusi ini dilakukan September 2020. Dimana ketika kondisi covid 19 masih terjadi pada beberapa bulan lalu sebagai awal-awal pandemi. Dalam diskusi itu Akbar Budi Tangguda sebagai pemantik yang bekerja sebagai Ahli Gizi Penugasan Khusus Covid 19 dan dimoderatori oleh Fahmil Usman, S.Gz, Mahasiswa Pascasarjana Gizi Klinik. Akbar sedikit menjelaskan mengenai kegiatannya sebagai Ahli Gizi dalam Penugasan tersebut. Awalnya Akbar ditugaskan di instalasi gizi dengan kegiatan seperti biasanya, dari penerimaan bahan makanan, pengolahan makanan, penyajian makanan hingga distribusi makanan yang diberikan baik pada pasien maupun juga tenaga kesehatan.

Sedangkan perasaan yang dialami Akbar dalam melakukan kegiatan ini memang disadari bahwa ada perasaan was-was mengingat adanya kemungkinan untuk terpapar corona virus. Maka ada rasa khawatir juga menyertai. Perasaan khawatir juga terjadi karena Akbar termasuk dalam memikirkan keluarganya dan kondisi istrinya yang sedang hamil.

Akbar lanjut menjelaskan mengenai ruangan di rumah sakit tempatnya bekerja dibagi beberapa bagian untuk pasien positif, pasien dengan gejala, dan pasien tanpa gejala. Akbar juga menjelaskan di masa-masa itu makanan pasien tersebut baik positif, dengan gejala atau tanpa gejala diberikan makanan katering yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Akbar dalam tugasnya itu hanya melihat kondisi makanan apakah sesuai dengan diet yang diberikan pada pasien atau tidak. Apabila ada makanan yang tidak sesuai dengan perencanaan diet maka akan diganti atau ditanggulangi oleh instalasi gizi. Jadi ada makanan cadangan seperti lauk untuk mengganti makanan yang tidak sesuai tersebut. Selain itu, tugasnya juga adalah melihat kondisi makanan apa dikonsumsi oleh pasien atau tidak.

Dalam diskusi ini juga berdasarkan pengalaman Akbar saat itu memang ada dilakukan skrining gizi untuk beberapa pasien. Skrining gizi juga dilakukan oleh Ahli Gizi senior yang sudah ditunjuk. Skrining gizi ini juga untuk disesuaikan dengan perencanaan diet untuk pasien.

Ada hal menarik yang dikatakan Akbar bahwa pada saat itu semua profesi menjadi menyatu. Tujuannya untuk menangani pasien covid 19. Hal ini karena pada presepsi tertentu pasien dengan ragam pemahaman dan pendidikan tentu tidak mengenal ini profesi apa, itu profesi apa. Akbar juga menjelaskan mengenai gejala-gejala umum yang dialami pasien covid seperti mengalami sesak napas, demam, diare, hilang indera perasa sehingga makanan tidak terasa.

Beberapa pertanyaan mengenai ahli gizi dalam penanganan covid 19, Akbar menjelaskan karena dalam penyediaan makanan menggunakan katering, biasanya tugas ahli gizi lebih melihat kondisi makanan dan kesesuaian preskripsi diet. Kecuali misalkan ada pasien ICU akan diberikan makanan melalui tenggorokan, NGT. Akbar juga mengatakan bahwa dalam penanganan itu ahli gizi juga berkoordinasi dengan dokter gizi. Akbar juga menjelaskan mekanisme kerjanya adalah 2 minggu berdinas dan 2 minggu istirahat. Kemudian setelah 2 minggu berdinas maka akan dilakukan SWAB. Akbar juga sempat mengalami positif covid 19. Akan tetapi dengan berbagai ikhtiar, Alhamdulillah Akbar setelah beberapa waktu test SWAB menunjukkan negatif. Akbar juga menjelaskan selama positif yang ia lakukan adalah mengonsumsi makanan dengan teratur, dan melakukan aktifitas fisik serta berjemur di sinar matahari dan juga rutin mengkonsumsi beberapa multivitamin.


Sekedar Membahas Isu Makanan dan Produk Makanan di Tengah Pandemi

Bila dicermati maka ada beberapa isu yang menyertai di tengah-tengah pandemi. Misalkan di awal-awal pandemi gencar isu untuk mengonsumsi telur. Selain telur ada juga semisal You C-1000 (saya menyebutkan merek karena produk tersebut yang gencar dikatakan). Dan akhir-akhir ini gencar dengan susu beruang.

Secara mendasar beberapa bahan makanan dan beberapa produk makanan itu memiliki kandungan gizi tertentu. Misalkan telur dan susu beruang memiliki kandungan protein sedangkan You C-1000 merupakan produk minuman dengan kandungan vitamin C tinggi. Beberapa zat gizi ini baik protein maupun vitamin C adalah bagian penting dari asupan gizi untuk kondisi tubuh. Sebagaimana beberapa penjelasan diatas kebutuhan protein hampir memenuhi 25-30%. Protein dikenal sebagai zat gizi makro yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertahanan tubuh. Semua hormon, enzim, dan antibodi tersusun atas protein sehingga kondisi tertentu dianjurkan untuk diet tinggi protein (Kinasih, LS, Nubiah, 2020).

Begitu juga dengan vitamin C dapat meningkatkan pembentukan antibodi. Konsumsi vitamin C dari makanan sebesar 100-200 mg/hari cukup untuk mencegah infeksi dan meningkatkan fungsi imun (Handayani, 2020).

Hal menarik lainnya yang menjadi bahan diskusi dalam penanganan covid 19 adalah potensi herbal. Beberapa teman yang terindikasi positif covid juga menganjurkan beberapa herbal dan produk herbal misalkan konsumsi madu, jahe, habbatussauda, dan lainnya. Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan edaran tentang Pemanfaatan Obat Tradisional Untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan Kesehatan. Dalam edaran tersebut berisi gambaran beberapa ramuan dengan beberapa bahan. Beberapa obat tradisional adalah rimpang seperti jahe merah, jahe, temulawak, kunyit, kencur dan lengkuas, umbi-umbian diantaranya bawang putih, kulit kayu seperti kayu manis, batang seperti sereh, daun seperti kelor, katuk, pegagan, seledri, buah seperti jambu biji, lemon, jeruk nipis, dan biji-bijian diantaranya jintan hitam.

Akan tetapi beberapa hal yang melandasi hal diatas, pertama, pemahaman yang kurang tepat dimana hanya menempatkan pada satu bahan makanan dan satu produk tertentu saja. Kedua, beberapa bahan makanan dan produk tersebut sebenarnya memiliki padanan bahan makanan dan produk dengan kandungan gizi yang hampir sama atau mirip. Misalkan seperti susu beruang, idealnya sebenarnya sama dengan produk susu lainnya. Begitu juga dengan you c-1000 yang tentu juga memiliki asas manfaat yang sama dengan produk sejenis lainnya.

Hal berikut yang perlu dipahami adalah sebagaimana penjelasan Alvarabie (2020), dapatkah sistem imun di-boosting melalui konsumsi zat gizi atau bahan makanan tertentu? Jawabannya tidak. Tidak ada atau belum ada bukti suplemen atau makanan tertentu sanggup mencegah penularan Covid-19. Higienitas yang baik mengurangi resiko seseorang terinfeksi atau resiko menularkan kepada orang lain dan konsumsi makanan bergizi seimbang dapat mendukung sistem imun, tidak ada atau belum ada produk atau zat yang terbukti mencegah atau mengobati infeksi Covid-19 secara spesifik.

Artinya secara mendasar bahwa mengonsumsi makanan bergizi seimbang adalah bagian dari menjaga sistem imun tubuh. Dan sebaiknya tidak menspesifikan terhadap satu bahan makanan, satu produk tertentu atau zat gizi tertentu. Produk tertentu hanya pendukung dari konsumsi makanan secara teratur. 

Tentu akhirnya kita semua perlu saling memberikan dukungan agar covid 19 kembali mereda dan tren kasus dari waktu ke waktu semakin menurun atau kepastian akan kekebalan bersama menjadi lebih efektif. Kita juga terus saling memberikan dukungan kepada setiap pejuang tenaga kesehatan atas kontribusinya. Kita juga terus saling memberikan dukungan untuk setiap orang yang positif baik dengan gejala ataupun tidak untuk kondisinya semakin membaik. Kita juga terus saling memberikan dukungan untuk kita semua agar dapat terus menjaga kondisi kesehatan kita, kondisi keluarga kita.













 


 

 

Referensi

 

Akbar, DA, Aidha, Z, 2020. Perilaku Penerapan Gizi Seimbang Masyarakat Kota Binjai Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Menara Medika.

Handayani, D, 2020. Asuhan Gizi Pada Pasien Penyakit Infeksi. Jurusan Gizi Universitas Brawijaya.

Kemenkes, 2014. Buku Foto Makanan.

Kemenkes, 2014. Pedoman Konversi Berat Matang Mentah, Berat Dapat Dimakan, dan Resep Makanan Siap dan Jajanan.

Kemenkes, 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease Revisi 5.

Kemenkes, 2020. Pemanfaatan Obat Tradisional Untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan Kesehatan.

Kinasih, LS, Nubiah, 2020. Asupan Gizi Primer Pada Pasien Covid 19. Dalam Buku The Covidpedia. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kresnawan, T, 2020. Manajemen Asuhan Gizi dan Penyelenggaraan Makanan Pasien Covid 19 di Rumah Sakit Mengacu Standar Snars 1.1.  Instalasi Gizi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo.

Nissa C, 2020. Tatalaksana Gizi Pada Pasien dengan Covid 19. Dalam Buku The Covidpedia. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Persatuan Ahli Gizi, Direktorat Gizi Masyarakat, Asosiasi Dietisien Indonesia, 2020. Panduan Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit Darurat dalam Penanganan Pandemik Covid 19.

Sonia, S, 2020. Nutrition to Fight Coronavirus. Departemen Ilmu Gizi FKUI RSCM.






 

 

Tidak ada komentar

Ruang Gizi - Gizisme. Diberdayakan oleh Blogger.